Penentuan jarak dengan kode pseudorange : dengan mengamati kode P atau C/A, lalu membandingkan kode yang diterima dari satelit dengan kode replica yang diformalisasikan di dalam receiver GNSS
Perbedaan Kode-P dan Kode C/A
kode-P mempunyai frekuensi / chipping rate yang paling tinggi:
- panjang gelombang nya lebih kecil
- presisi jarak yang diberikan lebih tinggi ( 10x lebih presisi dari kode C/A).
- efek dari multipath lebih kecil
- akan memberikan posisi relatif yang teliti.
kode-P di modulasikan pada 2 gelombang pembawa, L1 dan L2
- efek dari bias ionosfer (orde pertama) pada jarak ukuran dapat diestimasi.
- akan memberikan posisi yang relatif teliti.
receiver kode-P lebih tahan terhadap "jamming" dibandingkan receiver kode C/A akan lebih bisa menyesuaikan dengan aplikasi yang berdinamika lebih tinggi, seperti untuk pesawat tempur, peluru kendali, survey hidrografi, dll.
selain berisi kode-kode, sinyal GNSS juga berisi hal sebagai berikut : koefisien koreksi jam satelit, parameter orbit, almanak satelit, UTC, parameter koreksi ionosfer, info lainnya seprti status konseltasi dan kesehatan satelit GNSS.
MODULASI SINYAL GNSS. gel.pembawa+kode= gel. pembawa yang telah di modulasikan
agar gelombang pembawa dapat membawa kode dan navigation messege, keduannya harus ditumpangkan ke gelombang pembawa. dengan kata lain gelombang pembawa dimodulasi oleh code dan navigation message.
gelombang pembawa yang murni tidak mengandung informasi
dalam memodulasikan suatu gelombang ada beberapa parameter yang dapat diubah dalam proses modulasi yaitu frekuensi, amplitudo, dan fase.
sinyal GPS menggunakan modulasi fase yang dinamakan binary biphase modulation.
Proses pemodulasi sinyal GNSS
Binary to binary modification of codes : dalam awal tahap ini, navigation message ditumpangkan ke kode PY dan kode C/A. dengan kata lain kode tsb dimodulasikan dengan navigation message.
Binary biphase modulation : kode PY dan kode C/A yang telah membawa navigation message ditumpangkan ke gelombang L1 dan L2: jadi kode C/A ada di gel L1.
Gelombang pembawa (carrier wave)
satelit GNSS memberikan informasi > dibuat menjadi suatu kode (kode Py atau C/A) > Navigation message dibuat > lalu dibawa melalui 2 gelombang pembawa yaitu L1 dan L2 > sampai ke receiver.
Penentuan jarak dengan data FASE
awalnya sinyal L1 dan L2 hanya didesain untuk membawa data kode dan navigation message dari satelit ke pengamat.
namun pada saat ini, data fase dari sinyal2 tersebut dapat digunakan juga dalam menentukan jarak dari pengamat ke satelit GNSS. Data fase ini digunakan untuk aplikasi2 yang menginginkan ketelitian posisi yang sangat tinggi (orde cm- mm). dalam hal ini data fase harus digunakan ketimbang data kode (Pseudorange).
Prinsipnya receiver GNSS hanya dapat mengukur pada epok pertama dari satu gelombang dan selanjutnya mengamati "zero crossing" dari sinyal
Penentuan Jarak dengan data fase
untuk mengubah data fase menjadi data jarak cycle ambiguity, N harus ditentukan terlebih dahulu nilainya,
kalau nilainya bil. bulat N bias ditentukan secara benar:jarak fase akan menjadi ukuran jarak yang sangat teliti (orde mm), dapat digunakan untuk penentuan posisi secara teliti (orde cm-mm).
namun, penentuan nilai N bukanlah suatu pekerjaan yang mudah!!!
Comments